Langsung ke konten utama

Manifestasi Kebersamaan dan Solidaritas Kekerabatan

Oleh: Hening Ginanjar


Kasepuhan adalah suatu masyarakat adat, yang dalam kehidupanya masih terikat dengan kuat oleh nilai dan adat istiadat tradisional. Masyarakat ini secara historis memiliki kaitan erat dengan kerajaan Sunda-Hindu terakhir yang berkedudukan di Bogor (Adimihardja, 1992). Salah satunya adalah Kasepuhan Sinar Resmi. Layaknya kasepuhan lain dalam Kesatuan Adat Banten Kidul, Kasepuhan Sinar Resmi memiliki sistem sosial, politik dan ekonomi yang yang khas.
  Sistem kekerabatan yang membentuk ikatan sosial yang khas memegang peranan penting dalam membentuk struktur masyarakat kasepuhan. Dalam ikatan inilah warga Kasepuhan membangun kekuatan ekonomi, politik sampai dimensi keagamaan. Dalam kehidupan masyarakat Kasepuhan Sirna Resmi, realitas hidup yang diinginkan adalah keadaan yang aman, tentram, dan terjamin dari berbagai bencana, kecelakaan, kriminalitas maupun penyakit.


  Oleh karena itu sistem kekerabatan yang berdampak pada solidaritas antar warga memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bersosial masyarakat Kasepuhan Sirna Resmi. Solidaritas yang dimaksud adalah adanya bentuk tolong menolong dan gotong royong sebagai manifestasi dari sistem solidaritas kekerabatan. Manifestasi ini menjadi landasan moral serta jati diri kelompok masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi. Meskipun dapat dibedakan bahwa dalam hubungan solidaritas ini masih harus dibedakan menjadi sikap tolong menolong yang lebih dititikberatkan pada sikap kerjasama antar keluarga dan gotong royong demi kepentingan bersama. Menurut Amri Marzali dasar dari gotong royong adalah asas kebersamaan, komitmen terhadap kelompok, serta penjatidirian seseorang terhadap kelompok. Adanya asas kebersamaan yang dipadukan dengan sistem solidaritas kekerabatan membuat gotong royong di Kasepuhan Sinar Resmi menjadi terinstitusionalisasikan berbarengan dengan adat yang ada.

  Manifestasi asas kebersamaan dan solidaritas kekerabatan nampak nyata dalam kehidupan adat terutama dalam berbagai upacara adat. Seren Taun sebagai upacara adat terbesar Kasepuhan Sinar Resmi dapat menggambarkan hal ini. Mulai dari persiapan acara, prosesi upacara adat, serta pasca acara sangat menggambarkan keadaan ini. setiap hari incu putu berdatangan guna mempersiapkan acara tersbesar ini. Mulai dari urusan persiapan kebutuhan konsumsi acara sampai dengan bangunan-bangunan adat yang diperbaiki sebelum Seren Taun dilaksanakan. Salah satu hal yang menonjol adalah adanya kewajiban bagi incu putu untuk mengisi Lumbung Si Jimat (lumbung komunal) berupa dua ikat padi per kepala keluarga. Tidak terbatas disitu incu putu juga membawa hasil bumi berupa bahan dasar kue atau pisang guna suguhan acara Seren Taun. Pada saat persiapan ini juga dilakukan musyawarah persiapan Seren Taun yang disebut ponggokan. Dalam ponggokan akan diadakan musyawarah antar para sesepuh adat guna menentukan biaya yang dibutuhkan untuk keperluan Seren Taun.

  Pada saat upacara Seren Taun manifestasi solidaritas kekerabatan semakin kentara. Setiap incu putu (dewasa dan remaja) memainkan peranya masing-masing dalam upacara ini. Perlu diingat bahwa dalam upacara adat ini telah menjadi daya tarik pariwisata yang cukup viral terutama di daerah Banten, Bogor, dan Sukabumi. Sehingga pada acara ini terdapat banyak tamu yang menginap di rumah incu putu Kasepuhan Sinar Resmi. Dari hal ini tergambar jelas bahwa warga kasepuhan merupakan masyarakat yang terbuka walaupun tetap menjunjung tinggi nilai adat kasepuhan dengan asas solidaritas dan solidaritas kekerabtan yang kental.

   Hal lain yang dapat menggambarkan adanya asas kebersamaan dan solidaritas kekeluargaan adalah sistem pertanian Kasepuhan Sinar Resmi dalam hal sistem ketenagakerjaan. Walaupun pada awalnya sistem ini (sistem ketenagakerjaan dan hak milih tanah) tidak diterapkan tetapi seiring perkembangan jaman hadirnya negara dalam tatanan kasepuhan membuat harus adanya sistem hak milik tanah. Barulah terjadi sistem ketenagakerjaan dalam pengelolaan pertanian. Terdapat beberapa istiah dalam sistem ini. salah satunya adalah sistem liliuran. Sistem ini mengatur hubungan saling tolong menolong antara petani satu dengan petani yang lain. Sehingga lahan pertanian yang awalnya tidak mampu digarap seorang diri menjadi tergarap dengan adanya sistem ini. Jelas bahwa praktek kebersamaan dan solidaritas kekerabatan kentara dalam sistem pertanian ini. Dapat dikatakan berbagai bukti diatas merupakan sedikit bukti praktek keharmonisan yang dibangun dalam bingkai sosialisme tradisi asli Kasepuhan Sirna Resmi.

Referensi :
Adimiharja, Kusnaka. 1992. Kasepuhan : Yang Tumbuh di Atas Yang Luruh, Pengelolaan Secara Tradisional di Gunung Halimun Jawa Barat. Tarsito, Bandung.
Asep. 2000. Kasatuan Adat Banten Kidul : Dinamika Masyarakat dan Budaya Sunda Kasepuhan di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Tesis Bidang Studi Sosiologi Pedesaan IPB

Komentar