Oleh: Syarifa Putri Ramadhanty
Bangunan vernakular merupakan bangunan yang dirancang berdasarkan kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan juga mencerminkan tradisi serta kebudayaan di lokasi setempat.
A. Material Tradisional
Bangunan vernakular merupakan bangunan yang dirancang berdasarkan kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan juga mencerminkan tradisi serta kebudayaan di lokasi setempat.
A. Material Tradisional
Material yang digunakan untuk struktur utama bangunan – bangunan di wilayah Kasepuhan Sinar Resmi adalah kayu dan bamboo. Kedua material ini dikombinasikan dengan pondasi titik dari batu atau semenan (terkadang menggunakan umpak kayu). Struktur bangunan pada wilayah ini dirancang untuk mampu mengikuti gelombang seismik saat terjadi gempa bumi, sehingga saat terjadi gempa bumi bangunan – bangunan tidak hancur atau runtuh menimpa penghuninya. Bambu juga umum dianyam untuk menjadi dinding bilik. Penggunaan dinding bilik ini juga bertujuan untuk antisipasi gempa bumi, karena tidak seperti batu bata, dinding anyaman bamboo atau bilik ini menjadi satu kesatuan bidang dan ringan sehingga tidak dapat runtuh menjadi bagian – bagian kecil dan menyakiti penghuninya.
Atap bangunan di Kasepuhan Sinar Resmi disebut hateup, terbuat dari daun kirai atau daun sagu dan dilapisi hinjuk. Penggunaan material ini memiliki filosofi bahwa manusia tidak boleh tinggal dibawah material yang berada di tanah seperti genteng tanah liat. Berada atau bahkan tinggal di bawah material yang berasal dari tanah, menyerupai manusia yang sudah meninggal dan dikuburkan di bawah tanah. Hinjuk digunakan tiap 2 lapis susunan kirai untuk menjaga ketahanan hateup. Tumbuhan atau lumut yang biasa tumbuh di atas hinjuk malah akan menjadikan hateup semakin kuat dan tahan terhadap cuaca.
Sambungan untuk struktur bangunan menggunakan sambungan tradisional atau yang umum disebut purus lubang terbuka, takik dan pen. Sambungan ini menggunakan paku untuk perkuatannya.
Atap bangunan di Kasepuhan Sinar Resmi disebut hateup, terbuat dari daun kirai atau daun sagu dan dilapisi hinjuk. Penggunaan material ini memiliki filosofi bahwa manusia tidak boleh tinggal dibawah material yang berada di tanah seperti genteng tanah liat. Berada atau bahkan tinggal di bawah material yang berasal dari tanah, menyerupai manusia yang sudah meninggal dan dikuburkan di bawah tanah. Hinjuk digunakan tiap 2 lapis susunan kirai untuk menjaga ketahanan hateup. Tumbuhan atau lumut yang biasa tumbuh di atas hinjuk malah akan menjadikan hateup semakin kuat dan tahan terhadap cuaca.
Sambungan untuk struktur bangunan menggunakan sambungan tradisional atau yang umum disebut purus lubang terbuka, takik dan pen. Sambungan ini menggunakan paku untuk perkuatannya.
B. Bentuk Atap
Bentuk atap segitiga dilengkapi lingkaran di puncak atap menjadi ciri khas seluruh bangunan di wilayah ini, bahkan untuk tempat penyimpanan padi atau disebut Leuit. Bentuk atap ini memiliki filosofi tersendiri. Bentuk segitiga menyimbolkan pedoman yang dipegang oleh masyarakat lokal tentang keseimbangan hubungan antara sara, mokaha, nagara (agama, tradisi, negara) dan juga keseimbangan dalam mengatur tekad, ucap dan perilaku manusia dalam hidup berdampingan di dunia. Lingkaran yang berada di puncak atap terbuat dari hinjuk, sebagai simbol atau pengingat bahwa yang hidup di muka bumi akan kembali kepada Tuhan.
Bentuk atap segitiga dilengkapi lingkaran di puncak atap menjadi ciri khas seluruh bangunan di wilayah ini, bahkan untuk tempat penyimpanan padi atau disebut Leuit. Bentuk atap ini memiliki filosofi tersendiri. Bentuk segitiga menyimbolkan pedoman yang dipegang oleh masyarakat lokal tentang keseimbangan hubungan antara sara, mokaha, nagara (agama, tradisi, negara) dan juga keseimbangan dalam mengatur tekad, ucap dan perilaku manusia dalam hidup berdampingan di dunia. Lingkaran yang berada di puncak atap terbuat dari hinjuk, sebagai simbol atau pengingat bahwa yang hidup di muka bumi akan kembali kepada Tuhan.
C. Imah Gede
Sebagai sebuah kasepuhan atau kampung adat, Imah Gede merupakan jantung dari aktivitas masyarakatnya. Selain menjadi tempat tinggal keluarga kepala kasepuhan, bangunan ini juga menjadi tempat berkumpul atau tempat masyarakat melakukan ritual adat. Berbeda dengan bangunan lain, Imah Gede memiliki 4 pintu yang menghadap ke 4 penjuru berbeda. Bagian teras dari bangunan ini disebut Taweuran, kemudian bagian tengah rumah ini terdiri dari ruang luas untuk berkumpul dan beberapa ruang tidur tamu. Kedua area ini merupakan area public dan sangat sering digunakan untuk kegiatan – kegiatan masyarakat terutama saat berlangsungnya acara adat. Dapur Imah Gede sendiri merupakan dapur terbuka dan berukuran sangat besar. Saat berlangsungnya acara adat dengan skala cukup besar, para wanita di lingkungan kasepuhan umumnya ikut memasak di dapur ini sehingga dapur ini harus mampu menampung setidaknya 15 orang yang memasak di ruangan ini.
Sedikit masuk ke bagian dalam, terdapat ruang semi-publik yang disebut Pangcalikan. Ruang ini merupakan “Ruang Kerja Kepala Kasepuhan”. Tamu yang ingin berbincang atau memiliki keperluan khusus dan bersifat private dengan kepala kasepuhan dapat berbincang secara tertutup dengan kepala kasepuhan.
Sebagai sebuah kasepuhan atau kampung adat, Imah Gede merupakan jantung dari aktivitas masyarakatnya. Selain menjadi tempat tinggal keluarga kepala kasepuhan, bangunan ini juga menjadi tempat berkumpul atau tempat masyarakat melakukan ritual adat. Berbeda dengan bangunan lain, Imah Gede memiliki 4 pintu yang menghadap ke 4 penjuru berbeda. Bagian teras dari bangunan ini disebut Taweuran, kemudian bagian tengah rumah ini terdiri dari ruang luas untuk berkumpul dan beberapa ruang tidur tamu. Kedua area ini merupakan area public dan sangat sering digunakan untuk kegiatan – kegiatan masyarakat terutama saat berlangsungnya acara adat. Dapur Imah Gede sendiri merupakan dapur terbuka dan berukuran sangat besar. Saat berlangsungnya acara adat dengan skala cukup besar, para wanita di lingkungan kasepuhan umumnya ikut memasak di dapur ini sehingga dapur ini harus mampu menampung setidaknya 15 orang yang memasak di ruangan ini.
Sedikit masuk ke bagian dalam, terdapat ruang semi-publik yang disebut Pangcalikan. Ruang ini merupakan “Ruang Kerja Kepala Kasepuhan”. Tamu yang ingin berbincang atau memiliki keperluan khusus dan bersifat private dengan kepala kasepuhan dapat berbincang secara tertutup dengan kepala kasepuhan.
D. Leuit
Salah satu tradisi atau kebudayaan yang paling dijaga di Kasepuhan Sinar Resmi adalah tradisi penanaman padinya. Penyimpanan padi yang sudah dipanen pun memiliki kebutuhan – kebutuhan khusus dan sangat diperhatikan di wilayah ini. Leuit merupakan bangunan khusus untuk penyimpanan padi tiap keluarga karena setiap keluarga harus memiliki setidaknya 1 leuit saat akan membangun keluarga. Jumlah leuit yang dimiliki oleh sebuah keluarga juga menjadi tanda kemakmuran keluarga tersebut. Walaupun dimiliki secara individu, tetapi bangunan leuit harus diletakkan jauh dari rumah tinggalnya. Awalnya berada minimal 50 m dari rumah tinggal, namun seiring meningkatnya jumlah penduduk lahan pun semakin berkurang. Kini jarak rumah tinggal dan leuit hanya berjarak sekitar 10 m.
Sesuai dengan bangunan lain di wilayah ini, Leuit dibangun dengan material kayu namun uniknya tanpa menggunakan paku untuk perkuatan sambungan struktur utama pada bagian badan bangunan. Paku hanya digunakan untuk pembuatan hateup. Posisi pintu pada bangunan ini terletak pada bagian atas bangunan atau yang disebut gadog. Penyimpanan padi sendiri dipisahkan antara padi perempuan dan laki – laki. Bagi keluarga yang hanya memiliki 1 buah leuit, padi laki – laki disimpan pada bagian gadog atau di bagian atas leuit yang berbentuk segitiga dan padi perempuan disimpan pada bagian bawah. Jika memiliki lebih dari 1 leuit, padi perempuan dan laki – laki disimpan pada leuit yang berbeda.
Salah satu tradisi atau kebudayaan yang paling dijaga di Kasepuhan Sinar Resmi adalah tradisi penanaman padinya. Penyimpanan padi yang sudah dipanen pun memiliki kebutuhan – kebutuhan khusus dan sangat diperhatikan di wilayah ini. Leuit merupakan bangunan khusus untuk penyimpanan padi tiap keluarga karena setiap keluarga harus memiliki setidaknya 1 leuit saat akan membangun keluarga. Jumlah leuit yang dimiliki oleh sebuah keluarga juga menjadi tanda kemakmuran keluarga tersebut. Walaupun dimiliki secara individu, tetapi bangunan leuit harus diletakkan jauh dari rumah tinggalnya. Awalnya berada minimal 50 m dari rumah tinggal, namun seiring meningkatnya jumlah penduduk lahan pun semakin berkurang. Kini jarak rumah tinggal dan leuit hanya berjarak sekitar 10 m.
Sesuai dengan bangunan lain di wilayah ini, Leuit dibangun dengan material kayu namun uniknya tanpa menggunakan paku untuk perkuatan sambungan struktur utama pada bagian badan bangunan. Paku hanya digunakan untuk pembuatan hateup. Posisi pintu pada bangunan ini terletak pada bagian atas bangunan atau yang disebut gadog. Penyimpanan padi sendiri dipisahkan antara padi perempuan dan laki – laki. Bagi keluarga yang hanya memiliki 1 buah leuit, padi laki – laki disimpan pada bagian gadog atau di bagian atas leuit yang berbentuk segitiga dan padi perempuan disimpan pada bagian bawah. Jika memiliki lebih dari 1 leuit, padi perempuan dan laki – laki disimpan pada leuit yang berbeda.
E. Rumah Tinggal
Rumah penduduk lokal di wilayah kasepuhan memiliki tipologi denah yang sama di setiap rumah. Dengan urutan dari bagian depan ke belakang, susunan ruangnya adalah pintu masuk / entrance, area utama, kemudian dapur dan toilet berdampingan di bagian belakang rumah. Area utama sendiri terdiri dari ruang komunal yang juga berfungsi sebagai ruang tamu dan juga kamar – kamar tidur sesuai kebutuhan pemilik rumah.
Ciri khas lain bangunan rumah tinggal vernacular adalah bentuk jendelanya yang terbuat dari kayu dan tidak menggunakan kaca. Pondasi titik juga digunakan pada bangunan ini, semakin tinggi umpaknya maka semakin baik dari segi kesehatan dan sirkulasi udara.
Yang unik dari pembangunan rumah tinggal di Kasepuhan Sinar Resmi adalah penggunaan hari lahir pasangan suami – istri yang akan menghuni rumah tersebut untuk menentukan penjuru pintu dan hari baik untuk membangun rumah. Posisi dan penjuru kedua pintu yang terdapat di bangunan rumah tinggal ini harus mengikuti perhitungan hari baik tersebut. Namun sekali lagi, walaupun dengan penjuru rumah yang berbeda – beda, tipologi denah atau program ruang pada tiap rumah tinggal di wilayah ini selalu sama.
diperbaharui oleh Rahma Salsabila S. C.
Rumah penduduk lokal di wilayah kasepuhan memiliki tipologi denah yang sama di setiap rumah. Dengan urutan dari bagian depan ke belakang, susunan ruangnya adalah pintu masuk / entrance, area utama, kemudian dapur dan toilet berdampingan di bagian belakang rumah. Area utama sendiri terdiri dari ruang komunal yang juga berfungsi sebagai ruang tamu dan juga kamar – kamar tidur sesuai kebutuhan pemilik rumah.
Ciri khas lain bangunan rumah tinggal vernacular adalah bentuk jendelanya yang terbuat dari kayu dan tidak menggunakan kaca. Pondasi titik juga digunakan pada bangunan ini, semakin tinggi umpaknya maka semakin baik dari segi kesehatan dan sirkulasi udara.
Yang unik dari pembangunan rumah tinggal di Kasepuhan Sinar Resmi adalah penggunaan hari lahir pasangan suami – istri yang akan menghuni rumah tersebut untuk menentukan penjuru pintu dan hari baik untuk membangun rumah. Posisi dan penjuru kedua pintu yang terdapat di bangunan rumah tinggal ini harus mengikuti perhitungan hari baik tersebut. Namun sekali lagi, walaupun dengan penjuru rumah yang berbeda – beda, tipologi denah atau program ruang pada tiap rumah tinggal di wilayah ini selalu sama.
diperbaharui oleh Rahma Salsabila S. C.
Komentar
Posting Komentar